Kamis, 09 Februari 2012

Setetes Darahmu Adalah Nyawa Bagi Lainnya

Berbagai macam aksi sosial sering kali kita lihat di jalanan ataupun di kampus, yang dilakukan oleh segerombolan orang ataupun mahasiswa yang memiliki jiwa sosialisme tinggi. Aksi penggalangan dana terhadap korban bencana alam merupakan salah satu contoh aksi yang paling sering dilakukan oleh para mahasiswa kita. Dan untuk aksi donor darah sendiri merupakan aksi yang sedikit dilakukan oleh para mahasiswa saat ini. Mendonorkan darah merupakan hal yang praktis tanpa mengeluarkan uang. Dengan mendonorkan darah pula, kita sudah memberikan sebuah bantuan nyata berupa darah bagi orang yang membutuhkan.
Aksi ini pula yang diadakan oleh kampus LP3i cabang Bekasi pada Sabtu, 26 Maret 2011. Acara donor darah ini dimulai dari pukul 08.00 – 12.00 WIB dan memiliki tema “Setetes Darahmu Adalah Nyawa Bagi Lainnya”. Acara ini terbuka untuk umum dan berpartisipasi dengan Palang Merah Indonesia (PMI).
Acara donor darah ini tak hanya diadakan di kampus LP3i cabang Bekasi saja, tapi di seluruh kampus LP3i yang tersebar di Indonesia. Acara ini pula sekaligus dalam rangka menyambut HUT LP3i ke-22 dan pencapaian rekor MURI untuk bidang Aksi Donor Darah Nasional.
 “Untuk mempromosikan acara ini kami membuat pamflet yang ditempel di majalah dinding (mading), kami pun datang ke tiap-tiap kelas, dan kami juga mempromosikan acara ini lewat radio yang ada di kampus kami“ tutur Viola Deskawati selaku ketua pelaksana acara tersebut.
Terdapat 32 orang yang berpartisipasi untuk mendonorkan darahnya dalam acara ini. “Sebenarnya ada banyak yang ingin mendonorkan darahnya tapi ditolak karena persyaratan yang tidak memenuhi untuk bisa mendonorkan darahnya” ungkap Viola, yang juga aktif di organisasi Society of Inovatif and Creatif English (SICE) kampusnya
“Mudah-mudahan kelak generasi masa depan bangsa kita bisa menumbuhkan rasa jiwa sosial yang besar terhadap saudara (se-tanah air) sendiri. Dan, semoga kampus lain bisa mencoba mengikuti acara donor darah yang kami lakukan.” harapnya. (Mauludi Rismoyo)

“HILANG HANDPHONE!!” Liputan Yang Membawa Duka

Oleh: Mauludi Rismoyo ( 42090893 )

Jakarta, 28 Januari 2010
“Tangan-tangan jahil” selalu berkeliaran mulai di keramaian, di pasar, di bis, dan lainnya. Seolah-olah si “tangan-tangan jahil” ini tak memperdulikan akibatnya bagi dirinya sendiri. Jika ia tertangkap, ia akan dihakimi oleh massa sekitar atau jika ia tidak tertangkap, ia akan merasakan balasannya oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Itu pula yang dialami oleh seorang mahasiswa Bina Sarana Informatika cabang Ciledug jurusan Broadcasting semester 5 bernama AYI (nama samaran). Dia menjadi korban si “tangan-tangan jahil” tersebut. Dia kehilangan telepon genggam atau handphone.
Kejadiannya terjadi pada saat dia dan temannya sedang melakukan peliputan untuk mata kuliah Teknik Reportase, ketika itu dia sedang duduk dibangku kuliah semester 4, dimana dia dan temannya sedang meliput sebuah peristiwa “100 Hari Kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono” pada tanggal 28 Januari 2010. Saat peristiwa “100 Hari Kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono” terjadi aksi demo besar-besaran oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia di Indonesia mulai dari para organisasi islam, para mahasiswa dari seluruh Indonesia yang berkumpul menjadi satu kesatuan, dan lainnya yang saat itu menuntut agar kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono untuk diberhentikan.
Massa yang berjumlah banyak melakukan longmatch dari Bundarah Hotel Indonesia sampai ke Istana Negara. Ayi dan temannya berada dalam kumpulan massa tersebut. Dan peristiwa hilangnya handphone Ayi terjadi di Monumen Nasional (MONAS) saat dia dan temannya berisitirahat. Saat mereka berdua istirahat tiba-tiba terjadi kericuhan. Lalu, bergegas lah semua massa yang berada di daerah itu dan banyak juga para wartawan yang langsung ke tempat kejadian kericuhan tersebut. Ayi yang saat itu bertugas sebagai cameraman dalam mengerjakan tugasnya langsung bergegas kesana juga. Disaat dia sedang memngambil gambar kericuhan tersebut dengan cara high angle tiba-tiba ada yang merogoh kantung celananya dan hilanglah handphone merk Huawei miliknya. Kerugian yang ditaksir oleh Ayi sekitar Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah).
“Hal yang di luar dugaan apa yang dialami oleh saya. Saya mengira yang berada di sekitar kerumunan kericuhan tersebut adalah wartawan semuanya, jadi saya tak terlalu menghiraukan orang-orang yang berada di samping saya ketika saya sedang mengambil gambar kericuhan tersebut. Tapi dugaan saya salah dan memang sebelumnya tidak ada antisipasi dini yang dilakukan oleh saya.” Ucap Ayi saat diwawancarai oleh saya.
Di akhir wawancara antara saya dengan Ayi, Ayi ingin memberikan sedikit tips untuk menghindari apabila anda sedang melakukan sebuah peliputan dalam keadaan ramai. “Selalu waspada terhadap lingkungan sekitar anda, menyimpan barang bawaan yang dianggap anda penting ke dalam tas, dan selalu berhati-hati.” Ujarnya.