Senin, 05 Maret 2012

Seminar Hacker Cracker BSI Margonda

Salah satu cabang kampus Bina Sarana Informatika (BSI) yang berada di Margonda, Depok pada Kamis, 21 April 2011, mengadakan kegiatan mahasiswa yang positif dengan membuat acara seminar IT (Informasi Teknologi) yang berjudul SEMINAR HACKER CRACKER bertajuk “Jaringan Internet Tanpa Hard Disk dan Speedy”.
“Acara luar biasa ini bisa mengubah paradigma mahasiswa BSI ibarat “kupu-kupu” yang hanya bisa kuliah lalu pulang tanpa membawa hasil apapun untuk dirinya sendiri.” ungkap Muhammad Arip, M.Kom, selaku pembicara seminar tersebut.
Acara yang diadakan oleh Senat Mahasiswa (SEMA) BSI Margonda ini berlangsung di kampus BSI Margonda Gedung “B” Ruang 101. Biaya yang dikenakan untuk mengikuti seminar ini sebesar Rp, 15.000 dan anda bisa mendapatkan sertifikat, snack, modul dan pin.
Uniknya acara ini terbagi menjadi dua sesi, yaitu sesi pertama berlangsung dari pukul 13.00 – 15.30 WIB dan sesi kedua berlangsung dari pukul 16.00 – 18.30 WIB. Terlebih lagi peserta dari sesi pertama dan sesi kedua pun berbeda. Peserta yang daftar secara keseluruhan berjumlah 146 orang, dimana 80 orang untuk sesi pertama dan 66 orang untuk sesi kedua.
“Target awal kami ialah 80 orang tapi karena banyaknya minat dari mahasiswa maka kami pun menambahkannya menjadi 150 peserta. Tapi karena ada kesalahan sedikit dalam hal pendaftaran peserta, maka kami hanya ada 146 orang.” kata Anis Fuad Hassan selaku koordinator acara dalam acara seminar ini. “Dibilang puas tidak juga karena kami belum bisa menampung banyak peserta yang ingin mengikuti acara seminar ini tapi kami bersyukur bisa mengadakan acara ini dengan baik.” tambahnya. 
Seminar Hacker Cracker ini adalah seminar yang ditujukan mahasiswa BSI argonda pada umumnya yang bertujuan untuk menarik minat dan bakat ilmu hacking yang lebih positif dan bisa mengaplikasikan dengan baik. Alasan panitia mengambil acara ini ialah karena lebih menarik untuk dipelajari dan memberi fasilitas kepada mahasiswa untuk memberi pengetahuan tentang hacker.
Dalam acara ini pembicara menampilkan sebuah video ‘bagaimana kejamnya seorang hacker ataupun cracker membobol jaringan bank’ dan menjelaskan secara matang cara menjadi seorang wirausahawan warnet yang murah dan praktis tanpa harus menggunakan jaringan speedy.
“Saya sebenarnya ingin memperagakan langsung kepada peserta apa yang dilakukan hacker tersebut pada seminar ini tapi karena masalah waktu jadi saya tak melakukannya. Dan karena masalah waktu juga saya kurang maksimal untuk bisa menyampaikan apa yang ingin saya sampaikan kepada peserta” tutur kekesalan Muhammad Arip yang juga dosen Teknik Komputer di kampus Margonda, Bogor, dan Ciledug.
Acara seminar yang berlangsung dua sesi ini berlangsung lancar dan tertib serta para peserta seminar pun cukup antusias umtuk mengikuti jalannya seminar tersebut. Terlebih lagi Anis, mahasiswi jurusan Teknik Komputer semester 2, berharap supaya ada lagi acara seminar yang seperti ini dimana acara seminar ini bisa menambah ilmu pengetahuan kita di bidang teknologi ataupun komputerisasi.
So, dengan seminar ini nggak ada alasan untuk kita bisa menjadi seorang wirausahawan yang berbasis IT ataupun mengubah citra hacker yang sejatinya selalu dianggap negatif menjadi positif kalo kita bisa mengaplikasikannya dengan baik dan jangan jadi mahasiswa “kupu-kupu” deh. (Mauludi Rismoyo)

Minggu, 04 Maret 2012

Seminar Bisnis Online

Salah satu cabang kampus Bina Sarana Informatika (BSI) yang berada di Cengkareng, Jakarta Barat, pada Sabtu, 23 April 2011, mengadakan sebuah kegiatan mahasiswa yang positif dengan membuat acara seminar dibidang kewirausahaan yang berjudul SEMINAR BISNIS ONLINE bertajuk “Menanamkan Mindset Bisnis Online Dengan Modal Apa Adanya”.
“Acara ini dimaksudkan untuk memberikan sebuah motivasi dibidang kewirausahaan dalam ruang lingkup online dan untuk lebih memberi pengetahuan tentang dunia internet.” ungkap Sri Handayani selaku ketua pelaksana acara tersebut.
Acara yang diadakan oleh Senat Mahasiswa (SEMA) BSI Cengkareng ini berlangsung di ruang aula kampus BSI Cengkareng pada pukul 13.00 – 16.00 WIB. Biaya yang dikenakan peserta untuk acara ini (hanya) sebesar Rp, 5.000 dan para peserta sudah bisa mendapatkan sertifikat dan juga snack.
Acara seminar ini dihadiri oleh 170 peserta. Target awal dari ketua pelaksana sendiri hanya 150 tapi animo mahasiswa yang berada di Cengkareng cukup tinggi ketika dibukanya pendaftaran acara seminar ini.
Dari segi penataan tempat duduk, acara seminar ini berjalan cukup rapi karena tempat duduk cewek dengan cowok itu dipisah. Acara seminar ini pun berjalan agak monoton karena peserta masih malu-malu ketika si pembicara, M. Agung Budi Priyambodo, mengacungkan pertanyaan dan meminta sesuatu untuk diperlihatkan kedepan para peserta yang lain. Justru pasca seminar banyak yang menyerbu Pak Agung untuk bertanya-tanya lebih jauh dalam hal berbisnis took online tersebut.
Dalam acara seminar ini turut pula hadir staf PUDIR III, Nurhadi. Pak Agung sendiri menanggapi secara positif acara seminar ini karena bisa menjadi sebuah transformasi yang beda dikalangan kampus dimana mahasiswanya sebagai pekerja menjadi sorang pebisnis. Dalam memberikan materi, pembicara menjelaskan betapa mudahnya membuat sebuah toko online sendiri dengan memakai domain kita sendiri.
Pak Agung juga berpesan kepada peserta yang ingin membangun usaha, “Modal dasarnya adalah niat dan kemampuan, mau belajar, lau ikhtiar dan berdoa kepada Tuhan”.
Sri pun berharap agar acara ini bermanfaat kepada para peserta yang memang ingin berwirausaha, toh ga ada salahnya buat mahasiswa untuk mencari duit sendiri dari kreatifitas yang kita miliki. “Negara yang maju dan berkembang itu lebih banyak mempunya seorang pengusaha dibandingkan seorang pekerja”.
Let’s do it!!! (Mauludi Rismoyo)

Selasa, 28 Februari 2012

Roadshow Eagle Awards 2011 “Bagimu Indonesia”

Eagle Awards Documentary Competition (EADC) adalah sebuah acara yang mengajak partisipasi anak-anak muda untuk tetap kritis terhadap apa yang terjadi di sekitarnya melalaui film dokumenter dan mengupayakan dialog yang sehat bagi inisiatif-inisiatif perubahan ke arah Indonesia yang lebih baik di masa depan; ataupun EADC ini adalah sebuah kompetisi film documenter bagi kalangan pemula. Acara yang diadakan oleh Metro TV ini telah memasuki tahun ke-7 sejak pertama kali muncul di tahun 2005 dengan menampilkan tema-tema yang berbeda di tiap tahunnya. Dan pada tahun ini tema yang diangkat oleh EADC ialah “Bagimu Indonesia”. Di tahun ke-7 ini pula pelaksanaan EADC tidak lagi terfokus pada satu topik, namun melalui tema “Bagimu Indonesia” EADC 2011 terfokus pada 5 topik yaitu: Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan Hidup, Kesejahteraan sosial dan Kemanusiaan.
Bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Broadcasting UMB, sekitar 400 peserta pun memadati Auditorium Tower UMB yang berada di lantai 7. Beragam peserta pula yang hadir dalam acara ini, mulai dari kampus-kampus lain sekitar Jakarta seperti kampus Bina Sarana Informatika, Universitas Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, maupun kampus-kampus diluar Jakarta pun hadir dan beberapa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di sekitar Jakarta Barat turut pula meramaikan acara Roadshow Eagle Awards 2011 ini. “Animo para peserta dari dalam maupun luar kampus sangat besar untuk acara ini bahkan peserta yang mendaftar telah melebihi kuota dari Auditorium kami sendiri. Dan, saya sangat salut kepada sekolah-sekolah yang telah datang ke acara ini maupun mendaftar untuk acara ini dengan semangat ala anak muda yang mereka punya,” tutur Mega F Yohana selaku ketua pelaksana acara Roadshow Eagle Awards di Jakarta tersebut.
Roadshow Eagle Awards ini berlangsung dalam dua sesi. Sesi pertama merupakan Coaching Clinic yang dimoderatori oleh Prita Laura dengan narasumber M. Abduh Aziz, yang juga Kepala Sekolahnya Eagle Awards, dan Don Bosco Salamun, yang juga Pemimpin Redaksi Metro TV. Coaching Clinic sendiri merupakan workshop pembuatan proposal dokumenter Eagle Awards. Dalam workshop ini akan diberikan materi berupa bagaimana mengumpulkan data, mengambil sudut pandang yang unik dan membuat alur cerita secara global. Kedua narasumber pun sedikit menceritakan dan berbagi pengalaman mereka dalam penggarapan film dokumenter serta memberikan tips-tips bagi peserta dalam membuat film dokumenter yang baik dan berbobot bagi pemula. Dan dalam sesi pertanyaan di sesi pertama banyak peserta yang hadir untuk tak segan melayangkan pertanyaan kepada kedua narasumber tersebut mengenai serba-serbi film dokumenter.
Untuk sesi kedua merupakan acara pemutaran film dokumenter para finalis Eagle Awards. Ada 5 film yang diputarkan, seperti Sekolah MASTER Anak Jalanan (Finalis 2010) karya Deny Surahman dan Wiguna Satria, Dongeng Ajaib (Finalis 2010) karya Budiyanto dan Elsha Parawira Putri, Di Atas Rel Mati (Finalis 2007) karya Nur Fitriah Hafidz dan Weldi Handoko, Rute Menantang Bahaya (Finalis 2005) karya Ressi Dwiana dan Duma Yanti Theresia, dan Gorila dari Gang Buntu (Finalis 2009) karya Bambang Rakhmanto dan Ryo Hadindra Permana.
Setelah selesai menonton film, acara pun dilanjutkan dengan berbincang (berdiskusi ringan interaktif) kepada para finalis yang hadir seperti Budiyanto, Elsha Parawira Putri, Bambang Rakhmanto, dan Deny Surahman. Para finalis pun menceritakan keluh-kesahnya mereka selama berada di karantina Eagle Awards maupun menceritakan awal mereka ikut dan menemukan ide untuk mengikuti EADC. “Saat berada di karantina, saya belajar semua hal mengenai dunia perfilman dalam waktu kurang dari seminggu. Jujur saja, saya pun buta mengenai dunia perfilman, sampai otak ini retak-retak dijejeli pembelajaran tentang film. Pasca karantina saya pun merasakan hasilnya dari pembelajaran di karantina tersebut,” simpul Budiyanto ketika menjawab pertanyaan salah satu peserta.
Mega juga mengungkapkan kalau keterlibatan HMJ Broadcasting UMB bisa menjalin kerja sama dengan Eagle Award ialah karena berawal dari inisiatifnya sendiri untuk menawarkan kampusnya disinggahi oleh Eagle Awards dalam acara Roadshownya
Para finalis dan pembicara pun berharap dengan adanya Roadshow Eagle Awards 2011 ini bisa memberikan bekal ilmu pengetahuan tentang dunia film dokumenter dan dapat membuka mata tentang film dokumenter sebagai tontonan yang menghibur serta melahirkan sineas-sineas muda berbakat dalam bidang film dokumenter ini. #Mauludi Rismoyo

Minggu, 26 Februari 2012

Reformasi Pendidikan di Tubuh Kampus BSI

“Sepertinya dunia pendidikan kita berjalan seperti oplet, sementara iptek berlari secepat roket”. simpul Naba Aji Notoseputro dalam bukunya The Spirit Of  Change, yang juga Direktur Akademi Bina Sarana Informatika (BSI).
Dari kutipan tersebut sudah terlihat dan terpampang dengan jelas kalau dunia pendidikan di Indonesia itu butuh yang namanya sebuah reformasi. Mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), sampai ke Perguruan Tinggi pun butuh yang namanya sebuah reformasi pendidikan di dalam tubuh lembaga itu sendiri.
Lalu reformasi seperti apa sih yang diinginkan oleh para masyarakat ataupun kalangan mahasiswa? Memberikan pendidikan yang murah, kah?
“Pendidikan itu mahal harganya. Saya pernah mendengar cerita dari sahabat Rasulullah SAW, kalau kita belajar kepada seseorang itu sama saja kita memberika sekarung gandum kepda orang itu. Jika kalian menginginkan sebuah pendidikan yang murah, ya pasti kualitas sumber daya manusia atau pengajarnya itu sendiri pun akan sama dengan harga pendidikan itu yaitu murah”. ucap Andy Jaya, mahasiswa jurusan Broadcasting kampus BSI cabang Cipulir.
Hal yang berbeda diutarakan oleh Aditya RS, mahasiswa jurusan Broadcasting kampus BSI cabang Salemba 45, komersialisasi pendidikan itu harus segera dibasmi karena jika terus menjamur di tiap tahun akan merugikan rakyat miskin.
 Dan kali ini saya coba mempersempit ruang pendidikan kedalam lingkungan kampus BSI sendiri. Saya pun telah bertanya kepada beberapa mahasiswa mengenai dunia pendidikan di kampus BSI dan berikut komentar dan atau statement dan atau kritik dan saran mereka terhadap kampus BSI:
“Ini mengenai jam perkuliahan yang sesuai dengan apa yang dibayar oleh saya. Saya membayar perkuliahan pagi/siang, tetapi kenapa saya dikasih jadwal kebanyakkan siang/sore? Bukankah sore itu hanya untuk kelas yang membayar perkuliahan malam ataupun untuk para pekerja? Saya hanya menyarankan kepada BSI, jangan pernah mengecewakan kami sebagai mahasiswa di BSI”. kata Wahid, yang juga aktif di Senat Mahasiswa (SEMA) Depok.
“Menjadi seorang kameraman adalah tujuan saya masuk ke dalam jurusan Broadcasting di kampus BSI ini. Mungkin saya menyarankan kepada BSI, untuk jurusan Broadcasting lebih diperbanyak lagi dong praktek-prakteknya supaya jika kita lulus dari BSI itu bisa punya skill agar bisa diterima di salah satu stasiun televisi”. kata Muhammad Lingga, mahasiswa jurusan Broadcasting kampus BSI cabang Salemba 45.
“Di zaman sekarang, saat Negara Indonesia bersaing memberikan tempat untuk sebuah pendidikan yang lebih baik. BSI hadir membuka peluang dengan memberikan pendidikan yang tak kalah dengan universitas lainnya. Dengan biaya pendidikan yang terjangkau, sistem yang tidak mempersulit para mahasiswa, sarana yang kurang lebih melengkapi di tiap-tiap cabangnya dan dididik oleh para dosen yang kompeten dengan didampingin oleh staf-staf yang bertanggung jawab. Dan, dibalik sebuah kelebihan pasti terdapat kekurangan. Tapi, saya melihat BSI berusaha untuk sedikit demi sedikit menutupinya dengan memperbaiki tampilan dari dalam maupun luar. Contohnya ialah mengenai kasus bahwa BSI menyarankan kepada mahasiswa untuk memiliki Laptop masing-masing. Sebaiknya kita pandang hal itu secara positif, karena bukan hanya bentuk fisik Laptop tersebut yang kita butuhkan tetapi kebutuhan-kebutuhan yang diberikan Laptop itu bagi kita dalam memenuhi perbendaharaan ilmu maupun menyelesaikan tugas kita sebagai mahasiswa BSI. karena sesungguhnya keuntungan memang didapat untuk masing-masing individu yang mempunyai Laptop. Lalu, yang masih mengganjal bagi saya adalah mengenai toleransi dosen terhadap mahasiswa yang terlambat mengumpulkan tugas atau tidak masuk kuliah itu harus disertai keterangan seperti surat. Ada beberapa contoh dari masalah ini, hanya karna mahasiswa yang kerja dan tidak mendapat dispensasi dari kantornya, mahasiswa tersebut jadi telat mengumpulkan tugas kepada dosen yang bersangkutan. Akhirnya, dosen tersebut tidak menerima semua alasannya. Dan, ada juga dari beberapa dosen BSI yang tidak mau ambil tahu mengenai profesi ataupun status mahasiswanya. Semoga saja ini bisa menambah kesadaran dosen untuk bisa memahami mahasiswanya, memang terkadang mahasiswa cuek tapi bukan berarti mereka tak peduli. Alangkah lebih baiknya jika kita semua yang berada dalam ruang lingkup BSI bisa saling melengkapi”. urai Saldina, ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara Mahasiswa (PSM) BSI.
“Sebagaimana fungsinya sebagai lembaga pendidikan, BSI telah berupaya untuk melahirkan generasi yang mampu ikut bersaing di dunia pendidikan maupun dunia kerja dengan biaya yang tidak terlalu mahal dan akses yang mudah tentunya. Tapi, saran saya BSI perlu meningkatkan mutu materi di setiap jurusan yang ada, mengingat mahasiswa yang lulus nanti kemungkinan ingin melanjutkan tahap pembelajarannya ke jenjang yang lebih tinggi dan lebih baik lagi di kampu lain. Karena memang di BSI tidak tersedia gelar lanjutan untuk semua jurusan dan karena materi yang masih dirasa kurang itu lah maka mahasiswa perlu melakukan penyesuaian materi dengan beban Sistem Kredit Semester (SKS) yang tidak sedikit. Rasanya waktu belajar di BSI jadi terasa percuma dan hanya dinilai sebagai batu loncatan oleh para mahasiswa yang melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi lagi, kecuali BSI menyediakan study untuk gelar yang lebih tinggi juga. BSI pun juga jangan hanya mampu menambah cabang di setiap wialayah tapi juga perlu menjaga fasilitas penunjang yang lebih layak untuk beberapa kampus cabang tertentu, sehingga mahasiswa merasa nyaman. Dan saran saya (lagi) untuk BSI,coba untuk lebih meningkatkan perhatiannya kepada mahasiswa yang berprestasi di jalur akademik maupun non akademik, sehingga mahasiswa lebih terpacu untuk belajar dan tidak menutup kemungkinan untuk mahasiswa yang berpotensi tersebut menjadi lebih semangat membawa harum nama kampus BSI di jalur-jalur prestasi lainnya. Terakhir dari saya, semoga di kedepan harinya BSI bisa menghasilkan generasi yang lebih berkualitas”.  tutur Ratih, yang juga aktif di UKM Teater BSI.
So, semoga dengan adanya suara yang sedikit dari para mahasiswa ini bisa diperhatikan, dirasakan, dibaca, dan didengar oleh petinggi-petinggi BSI untuk sebuah perubahan di tubuh kampus BSI yang lebih baik lagi di kedepan harinya. (Mauludi Rismoyo)

Kamis, 23 Februari 2012

Power of Rupiah di UNKRIS

Acara menarik tersaji di Universitas Krisnadwipayana (UNKRIS) pada tanggal 6 Oktober 2010. Acara yang bertajuk Power of Rupiah “Aksi Kecil Harapan Besar” ini merupakan acara aksi social berupa penggalangan dana yang bertujuan untuk membantu memberantas kemiskinan di dunia.
Kemiskinan disini bukan hanya kemiskinan soal harta tapi juga kemiskinan tentang pendidikan. Acara ini terselenggara berkat dukungan dari Global Peace Festival. Global Peace Festival sendiri datang ke Indonesia dengan tujuan memberikan bantuan baik secara moral maupun moril.
 Tak hanya di UNKRIS, acara Power of Rupiah ini diselenggarakan di 50 kampus yang ada di Indonesia. Sebelum mendatangi Indonesia, Global Peace Festival sudah memberikan partisipasinya untuk memberantas kemiskinan kepada Negara-negara lain. Selesai dari acara yang berlangsung pada tanggal 6 ini, tepat pada tanggal 16 Oktober 2010 merupakan aksi nyata dari acara yang berlangsung pada tanggal 6 tersebut.
Global Peace Festival dan pihak yang terlibat dalam acara Power of Rupiah akan memberikan 1 set perlengkapan komputer, buku, dan alat tulis-menulis kepada anak jalanan. Acara ini dihadiri sekitar 200 mahasiswa/i UNKRIS, serta hadir pula wakil ketua Global Peace Festival, James Poon, dan anak-anak SMA yang diundang oleh ketua pelaksana.  Acara ini gratis, tapi setiap yang datang ke acara ini mesti menyisihkan uang jajannya untuk disumbangkan kepada yang berhak menerimanya.
Dengan adanya acara seperti ini, sang ketua pelaksana Power of Rupiah “Aksi Kecil Harapan Besar”, Andi Muhammad Reza, berharap semua Warga Negara Indonesia punya jiwa social yang tinggi agar terbebasnya Negara kita ini (Indonesia) dari kemiskinan. “Sisihkan lah uangmu meskipun seratus rupiah karena itu akan berarti buat mereka yang membutuhkan uluran tangan kita.” Ucap Andi. MauMau 

Senin, 20 Februari 2012

Persipura menang tipis atas Tim All Star

Musim sepakbola Indonesia 2010/2011 resmi ditutup dengan pertandingan bertajuk “Perang Bintang” antara sang kampiun Liga Indonesia musim ini yaitu Persipura Jayapura melawan Tim All Star Indonesia Super League (ISL). Tim “Mutiara Hitam”, julukan Persipura, berhasil memenangkan pertandingan dengan skor 2 - 1.
Bertanding di Stadion Mandala, markas Persipura, pada Rabu (29/6/2011) sore WIT itu, dua gol kemenangan Persipura dicetak oleh playmaker mereka asal Liberia, Zah Rahan. Sedangkan gol Tim All Star  dicetak oleh bek sayap Timnas Indonesia dan Sriwijaya FC, Muhammad Ridwan.
Dalam pertandingan ini, tuan rumah Persipura tertinggal terlebih dahulu lewat gol Muhammad Ridwan. Proses gol berawal dari umpan silang striker tim Persiba Balikpapan, Aldo Barreto, dengan control bola yang baik Muhammad Ridwan menyisir dari sisi kiri pertahanan tim “Mutiara Hitam” berhasil lepas dari bayang-bayang bek Ortizan Solossa dan menceploskan tendangan dengan kaki kirinya yang bersarang di pojok kiri gawang Persipura yang dikawal oleh kiper dari Korea Selatan, Yoo Jae Hon. Persipura pun tertinggal 0 - 1 dari tim yang para pemainnya dibentuk dan terpilih oleh para pecinta sepakbola di Indonesia melalui polling SMS.
Persipura sempat membalas gol lewat striker, Titus Bonay, namun naas gol dianulir oleh wasit Jimmy Napitupulu yang memimpin jalannya pertandingan tersebut.
Enam menit menjelang turun minum babak pertama akhirnya Persipura bisa menyamakan skor lewat aksi Zah Rahan. Bermula dari kerja sama satu duanya dengan Ortizan Solossa di dalam kotak penalti, Zah Rahan menggiring bola hasil umpan Ortizan ke pertahanan Tim All Star dan tanpa kesulitan ia menyontek bola tersebut ke dalam gawang Tim All Star.
Babak pertama pun berakhir dengan skor 1 – 1.
Di babak kedua, jual beli serangan diperagakan oleh kedua tim yang berujung dengan lahirnya gol buat Tim “Mutiara Hitam”. Zah Rahan menjadi aktor untuk kedua kalinya dan memastikan timnya keluar sebagai pemenang.
Di menit 82, saat umpan sang kapten Persipura, Boaz Solossa, diterima dengan baik oleh Zah Rahan dan menusuk ke daerah kotak penalti, lalu dengan dinginnya ia menempatkan bola di tiang jauh gawang kawalan Kurnia Meiga.
Hasil 2 – 1 pun bertahan sampai peluit dibunyikan wasit. Dan kemenangan tersebut disambut riang gembira oleh nyanyian ribuan suporter Persipura yang memadati stadion tersebut. Kembang api pun menjadi penghias diatas langit malam kota Jayapura.
Di ujung laga, dilakukan penyerahan trofi Piala Presiden oleh Agum Gumelar, selaku Ketua Komite Normalisasi, kepada Boaz Solossa sebagai simbolis juara ISL 2010/2011. (Mauludi Rismoyo)   

Sabtu, 18 Februari 2012

PERCAYA DIRI

Kepercayaan diri seseorang merupakan hasil dari kemampuan kita membaca dan berbicara pada diri sendiri. Dari kemampuan itulah, kita bisa memiliki sikap yang disebut dengan percaya diri. Dan dari situ juga, kemudian kita dapat berkembang dengan kepercayaan diri.
Proses seseorang dapat membaca dan berbicara pada diri sendiri, berawal dari kesadaran ketika kita merasa bersalah. Di saat kita merasa bersalah, rekaman alam sadar dan bawah sadar kita pun mulai menggentayangi diri kita. Disini lah, kata hati kita berbicara dan mengoreksi apa kesalahan kita. Jika kita terlalu banyak mengkritik diri biasanya akan menyebabkan kita tidak percaya diri lagi karena selalu menyalahkan diri kita sendiri. Lain halnya, kalau kita melepaskan belenggu tersebut dan tetap memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Karena dengan percaya diri yang tinggi, kita tidak akan terlalu khawatir dengan masalah yang menimpa kita, lalu kita mempunyai sebuah kemampuan untuk mengambil segala resiko terhadap apapun yang dilakukannya.
Seorang psikolog mengatakan bahwa setiap aspek dalam kehidupan kita baik itu kebahagiaan, kesuksesan, kreatifitas, dan hubungan dengan orang lain tergantung dari sifat percaya diri yang kita miliki. Orang yang memiliki percaya diri akan merasa baik dan terlihat baik, serta menjadi manusia yang efektif dan produktif.
Dengan percaya kita dapat menghormati diri sendiri, lalu percaya dengan kemampuan yang kita miliki, kemudian bangga dengan diri sendiri, dan dapat mengambil dan memutuskan sesuatu tanpa ragu-ragu.
Lalu, bagaimana cara membangun rasa kepercayaan diri itu?
Jawabannya adalah dengan menerima diri kita sendiri tatkala ketika belum berubah. Ketika kita tahu dan bisa menerima, maka kita akan merasa lebih baik. Setelah kita merasa lebih baik, maka kita dapat melakukan banyak hal yang positif tentunya.
Maka dari itu, marilah kita membangun rasa percaya diri kita dan jangan pernah malu dengan kemampuan yang kita miliki. Raihlah kesuksesan dengan memiliki kemampuan, potensi, bakat, dan percaya diri (Come On). (Mauludi Rismoyo)